Pages

Monday, February 12, 2018

Desa Blimbingsari - Sejuta Kenangan

Auouououououo....... Kemarin lagi asyik ngubek-ngubek foto masa kecil tiba-tiba mata saya tertuju pada foto saya waktu masih SD dengan seorang wanita cantik asal Jerman yang bernama Yohanna. Ahhh, pikiran saya langsung flashback ke masa lalu waktu saya tinggal di sebuah Panti Asuhan di desa Blimbingsari. Desa ini terletak di Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali.

Desa ini cukup terkenal di kalangan turis mancanegara (termasuk saya,,, #gubrak). Saya tinggal di Panti Asuhan yang ada di desa ini sampai saya lulus SD. Ya, dari kecil saya sudah tinggal jauh dari orang tua dan hidup berpindah-pindah. Tapi dari situ saya jadi belajar banyak dan mengambil pelajaran hidup (sekali-sekali ngomong bijak ye, wkwk).

Desa ini bisa ditempuh dalam waktu 3 jam menggunakan kendaraan pribadi dari Denpasar (116 km). Kalo naik bus bisa dari Terminal Ubung di Denpasar turun di Pasar Melaya, lanjut naik ojek atau kendaraan lain ke Desa Blimbingsari. Kalo dari Pelabuhan Gilimanuk jaraknya malah lebih deket lagi (hanya 20-an km). Kalo dari Zimbabwe deket ga ? (Jangan tanya saya, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang).

Di desa ini mayoritas penduduknya beragama Kristen Protestan (saya rasa malah hampir 100 %). Di desa ini ada dua Gereja yang megah yaitu Gereja Imanuel dan Gereja Pniel dengan arsitektur Bali. Yang unik adalah ketika perayaan hari Natal atau Paskah orang-orang sangat antusias memasang penjor seperti yang biasa dilakukan umat Hindu ketika hari raya Galungan. Waktu kebaktian pun orang-orang memakai pakaian adat Bali, musiknya menggunakan gambelan Bali dan Pendeta menyampaikan khotbah menggunakan Bahasa bali.

Selain wisata religi, desa ini juga kaya akan wisata alam seperti Grojogan. Sebuah hutan wisata untuk hiking, tracking, dan outbond. Tidak jauh dari Desa Blimbingsari ada Desa Palasari yang memiliki tempat wisata yang cukup terkenal seperti Bendungan Palasari dan Goa Maria. Duuuuh, ngomong begini jadi kangen lagi kan sama Desa Blimbingsari.

Di Panti Asuhan selain saya belajar nyapu, ngepel, cuci piring , bersihin kamar mandi, bersihin kandang sapi, kandang babi, mencari rumput untuk makan sapi dan melupakan masa lalu (#halah), saya juga bertemu banyak teman – teman baru dari berbagai negara. Hampir tiap hari ada tamu yang datang membawa pakaian, snack, sembako, dan lain – lain.

Tak jarang juga ada yang menginap sampe berhari-hari bahkan ada yang bertahun-tahun (katanya sih karna ga mau ninggalin saya,, #plakk). Biasanya saya SKSD sama tamunya sambil minta diajarin Bahasa asing, wkwkwk (kali aja ada yang nyantol sama saya,, #ehhh). Salah satu teman baik saya adalah Yohanna asal Jerman ini. Pokoknya kita udah kayak Upil dan Ipil gitu deh, tidak terpisahkan, wakakaakk...

Ahhhh, pokoknya susah untuk mendeskripsikan rasa kangen saya sama desa ini. Penduduk yang sangat ramah, alamnya yang indah, tradisinya yang unik, dan kenangan yang begitu banyak. Hmmm, sungguh sempurna.......

No comments:

Post a Comment