Pages

Thursday, January 25, 2018

Surat Cinta untuk Bali

Dear Bali.....

Saya mengernyitkan dahi. Jari-jari saya terhenti menulis dan otak saya terus berputar memikirkan kata-kata. Kertas surat itu hanya saya pandangi lurus-lurus sedangkan angan saya melayang jauh entah ke mana. Begitu banyak kata yang ingin saya ucapkan namun saya sendiri tidak tahu harus memulai dari mana.

Tiba-tiba pikiran saya dibawa kembali ke masa 20 tahun yang lalu ketika saya lahir. Bali adalah saksi bisu perjuangan ibu yang telah melahirkan saya ke dunia. Ya, saya bersyukur bisa menjadi bagian dari keeksotisan pulau saya tercinta ini. Walaupun saya berkali-kali merantau dari kecil dan hidup berpindah-pindah, pada akhirnya sejauh apapun kaki saya melangkah, saya pasti akan kembali ke Bali.

Siapa yang tidak tahu Bali ? Sebuah pulau yang dilihat dari peta dunia sangat kecil dan bahkan tidak terlihat, tetapi memiliki jutaan keunikan dan pesona yang luar biasa yang mampu menarik wisatawan. Wisata yang ditawarkan Bali sangat beragam mulai dari wisata alam, wisata religi, wisata sejarah, wisata budaya, wisata seni, wisata belanja, semuanya tersedia.

Pantai di Bali begitu banyak mulai dari yang sangat ramai sampai yang eksklusif. Ada Pantai Kuta, Sanur, Nusa Dua, Pandawa, Padang-Padang, Lovina. Sempatkan waktu untuk bersantai dan melihat keindahan ciptaan Tuhan. Ya, terkadang kita perlu sejenak melupakan semua masalah dan mendekatkan diri dengan sang pencipta.

Bosan dengan kehingar-bingaran di seputaran Kuta dan Denpasar ? Menepilah ke Ubud. Kita akan dimanjakan dengan pemandangan alam yang spektakuler, sawah yang asri dan indah, dan tidak hanya Ubud saja, daerah lain seperti Tabanan, Buleleng, Jembrana, dan yang lain juga memiliki pesonanya masing-masing.

Bali juga punya punya pulau – pulau kecil lain yang tidak kalah cantiknya seperti Pulau Serangan, Nusa Penida, Nusa Lembongan, Nusa Ceningan, dan Nusa Menjangan. Tidak ada salahnya untuk mengunjungi pulau-pulau ini. Saya sendiri baru mengunjungi tiga dari lima pulau tersebut dan begitu takjub dengan keindahan alamnya yang masih sangat alami terutama saat berkunjung ke Nusa Penida.

Soal budaya dan adat-istiadat sudah tidak perlu diragukan lagi. Bali sampai saat ini tetap mempertahankan tradisinya turun temurun dan tidak pernah terkikis oleh waktu. Setiap satu tahun sekali ada hari raya nyepi yang di mana semua orang yang ada di Bali dilarang untuk bepergian, menyalakan api / cahaya, dan bekerja. Dan semua orang melakukannya dengan gembira. Keluarga dapat berkumpul dan merayakan momen kebersamaan di rumah.

Ada juga pawai ogoh-ogoh yang dilakukan sehari sebelum nyepi. Jangan lupa dengan Upacara Ngaben, ada pula yang namanya Melasti. Masih banyak lagi tradisi-tradisi yang lain dan tidak perlu saya sebutkan semua. Sampai saat ini semua itu masih dijalankan dan tetap melekat dalam jiwa masyarakat Bali.

Lalu bagaimana dengan kuliner ? Tidak perlu khawatir, Bali punya banyak makanan yang enak-enak baik itu halal maupun non halal mulai dari babi guling, siobak, ayam betutu, lawar, jukut ares, jukut urab, sate lilit, lawar, tum, dan lain-lain. Saya sendiri sangat suka dengan rujak kuah pindang dan tipat cantok. Perpaduan rasa yang sangat ciamik menurut saya.

Di Bali juga walaupun banyak terdapat perbedaan keyakinan dan kepercayaan tetapi toleransi di sini sangat tinggi. Tidak pernah terjadi persinggungan antara keyakinan yang satu dengan yang lain. Semua orang bebas menjalankan kepercayaannya masing-masing tanpa takut dan tertekan. Semua berjalan damai dan harmonis. Ahh, bukankah perdamaian itu sangat indah ?

Orang Bali juga selalu memandang sesuatu masalah dari segi positif. Ketika Gunung Agung erupsi, orang Bali tidak menyalahkan Tuhan atau bahkan mengutuk Tuhan atas musibah yang mereka alami. Mereka justru bersyukur dan percaya bahwa letusan Gunung Agung akan membawa berkah bagi mereka. Letusan Gunung Agung dipercaya sebagai proses pemulihan keseimbangan dunia yang dilakukan oleh Dewa Siwa yang bekerja berdampingan dengan Durga. Daripada kita hanya terus mengeluh dan mengeluh lebih baik kita bersyukur dan tetap tabah menjalani hidup.

Mendadak saya tersadar dari lamunan. Kertas surat yang mungil itu masih tergenggam di tangan saya. Hanya dua kata yang baru saya tulis di surat itu. Aha, seberkas senyum muncul dari wajah saya. Ya, tidak perlu kata-kata yang panjang untuk mengungkapkannya. Saya menulis tiga kata lagi di surat itu. Hmmm, sudah cukup pikir saya. Saya pandangi lekat-lekat surat itu sambil tersenyum lebar. Ya, sangat lebar. Saya membaca tulisan di surat itu pelan-pelan dari awal.....

Dear Bali,

I Love You.............

No comments:

Post a Comment